Aktivitas kerja fisik di lingkungan panas, seperti pemadam kebakaran, kegiatan industri, latihan militer dan operasi, dan olahraga, dapat menyebabkan suhu inti tubuh (core temperature) meningkat seiring dengan produksi panas dari proses metabolisme tubuh. Ketika suhu inti meningkat dengan cepat dan melebihi batas yang diizinkan untuk bekerja di lingkungan yang panas (di atas 38.5ÂșC), tubuh manusia akan mengalami hyperthermia yang dapat mengakibatkan gangguan dan penurunan kinerja. Lebih lanjut lagi, peningkatan core temperature yang berlebih ini akan menimbulkan risiko heat related disorder yang tentunya dapat mengancam keselamatan pekerja.
Salah satu strategi yang dikenal untuk mencegah hyperthermia selama aktivitas fisik di lingkungan yang panas adalah dengan teknik pre-cooling. Ide dasar dari teknik ini adalah menurunkan core temperature sebelum melakukan aktivitas, sehingga tubuh dapat meningkatkan kapasitas heat storage. Dengan adanya peningkatan kapasitas heat storage ini, kenaikan core temperature yang berakibat pada terjadinya hyperthermia dapat dicegah dan juga kelelahan akibat hyperthermia dapat diperlambat. Tentunya hal ini akan sangat bermanfaat bagi pekerja ketika melakukan aktivitas kerja fisik di lingkungan panas.
Teknik pre-cooling yang dilakukan tim riset kami adalah dengan menggunakan teknik internal pre-cooling, yakni dengan cara mengkonsumsi cairan ataupun es dalam bentuk yang sudah dihancurkan/diserut 10 sampai 15 menit sebelum aktivitas fisik. Di sini kami membandingkannya dengan minuman dingin untuk melihat seberapa besar efektivitasnya sebagai teknik pre-cooling. Efektivitas dari teknik pre-cooling ini kami lihat dari beberapa parameter, baik parameter fisiologis (body temperature) ataupun parameter subyektif (thermal comfort dan perceived exertion).
Dalam penelitian ini, kami menemukan bahwa mengkonsumsi crushed ice sebelum aktivitas fisik mampu mengurangi suhu inti tubuh sebelum aktivitas lebih rendah dibandingkan dengan konsumsi minuman dingin. Suhu inti tubuh ini tetap terjaga lebih rendah selama aktivitas fisik. Hal ini tentunya disebabkan oleh karakteristik dari es yang dapat mengabsorb panas tubuh lebih banyak dibandingkan oleh minuman dingin. Penyerapan panas yang tinggi oleh es ini kemudian menghasilkan kapasitas penyimpanan panas yang lebih besar dibandingkan minuman dingin. Kapasitas penyimpanan panas yang lebih tinggi ini akan memberikan margin yang ebih signifikan dalam menekan laju metabolic heat production sehingga dapat menurunkan physiological strain selama melakukan aktivitas fisik di lingkungan yang panas.
Detil lebih lanjut dari hasil penelitian kami ini dapat dibaca lebih lanjut di paper kami yang berjudul “Comparison of the Effect of Cold Fluid and Crushed Ice Ingestion on Thermoregulatory Responses during Physical Activity in a Simulated Hot-Humid Environment” yang dipublikasikan di Industrial Engineering & Management Systems Vol.18 No.4. Full papernya sendiri dapat di akses melalui link ini.